Menuju Jalan Yang Lurus

11 minutes reading
Thursday, 22 Sep 2022 19:50 0 674 admin

KHUTBAH PERTAMA

الحمد لله، الحمد لله الذي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لولا أن هدانا الله
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي ولا رسول بعده
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين، أما بعد
أيها الحاضرون رحمكم الله، أوصيكم ونفسي أولا بتقوى الله فقد فاز المتقون

Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, pada kesempatan ini marilah terlebih dahulu kita tingkatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan siap menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Mudah-mudahan shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kepada keluarganya dan juga sahabat-sahabatnya.
Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, perlu kita ketahui bahwa kesuksesan atau keberuntungan perjalanan Islam kita tergantung pada dua hal, yang pertama tergantung pada petunjuk AllahAllah kepada jalan yang lurus. Untuk mengetahui dan mendapatkan petunjuk Allah tersebut maka kita harus mengenal petunjuk perintah Allah dan petunjuk larangan Allah subhanahu wata’ala. Karena itulah syariat agama kita memerintahkan kepada kita semua untuk selalu meminta kepada Allah subhanahu wata’ala agar Allah berkenan memberikan petunjuk kepada kita pada jalan yang lurus.
Kita selalu mengulang-ulang permintaan itu baik di dalam shalat maupun di luar shalat kita. Yaitu permintaan ihdinas shirotol mustaqim shirotol ladzina an’amta ‘alaihim ghoiril maghdhubi ‘alaihim walad dhollin.

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ، صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ

L”Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al Fatihah: 6-7)
Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, untuk bisa istiqomah di atas jalan yang benar, di atas shirotol mustaqim adalah merupakan sesuatu yang sangat susah dan sulit, kenapa? Karena sesungguhnya jiwa manusia memiliki ammarotun bis suu’, ada perintah untuk melakukan kejelekankejelekan, ditambah lagi di dunia ini sangat penuh dengan tipuan-tipuan dan setan-setan, baik setan dari golongan manusia maupun setan dari golongan jin.
Setan-setan ini senantiasa berusaha memalingkan kita dari jalan yang lurus, dari jalan yang benar, mereka juga senantiasa memalingkan orang-orang yang ingin beramal terhadap jalan yang lurus dan beramal yang benar. Oleh karena itulah ada satu ayat yang pernah diturunkan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, ayat yang diakui oleh para sahabat merupakan ayat yang paling berat di dalam Al Quran untuk diamalkan. Ayat ini adalah ayat yang pendek, yaitu:

فَٱسْتَقِمْ كَمَآ أُمِرْتَ

“Maka tetaplah (istiqomahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu” (QS. Hud: 112)
Ayat yang memerintahkan istiqomah ini sungguh sangat berat dan sulit untuk diamalkan.
Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, sementara berpaling dari jalan yang benar pada dasarnya disebabkan oleh dua hal; yang pertama karena tidak mengerti jalan yang benar dan yang kedua karena tidak adanya pengamalan pada jalan yang benar. Inilah sumber dari kesesatan. Karena itu orang Nasrani yang disebut oleh Allah dengan sebutan ad dhollin (orang-orang yang sesat) karena mereka beribadah kepada Allah tanpa dasar ilmu, beribadah atas dasar kebodohan.
Kemudian yang kedua, orang yang sesat itu karena tidak istiqomah di atas jalan yang benar, di samping juga tidak mengikuti jalan yang benar. Itulah keadaan orang-orang Yahudi, mereka mengenal kebenaran tapi tidak mau mengikutinya, sehingga karena itulah Allah menamai mereka dengan nama Al Maghdhubi ‘alaihim (Orang-orang yang dimurkai).
Adapun keadaan orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah karena mereka mengetahui kebenaran dan bersedia mengikutinya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam untaian ayat ihdinas shirotol mustaqim shirotol ladzina an’amta ‘alaihim ghoiril maghdhubi ‘alaihim walad dhollin. (QS. Al Fatihah: 6-7)
Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, adapun sebab-sebab orang-orang Islam berpaling dari jalan yang benar di antaranya ada tiga;
Yang pertama adalah berpegang pada dasar-dasar yang tidak islami atau tidak sesuai dengan Islam. Banyak orang Islam yang dalam praktek ibadahnya mengikuti kitab-kitab yang di dalamnya termuat hadits-hadits dhaif dan maudhu’, sementara kitab itu dijadikan pedoman dalam ibadah mereka. Ditambah lagi dengan banyaknya da’i-da’i dan pemikir-pemikir yang menyandingkan dakwah dengan pikirannya yang juga berdasarkan hadits-hadits yang dhaif dan maudhu’.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memerintahkan kepada kita agar kita berpegang pada yang diriwayatkan dari beliau:

من حدث عني بحديث يرى أنه كذاب فهو أحد الكاذبين

“Barang siapa berbicara tentang aku dengan sebuah hadits yang sudah diketahui bahwa hadits itu dusta maka ia termasuk maka ia adalah salah satu pendusta.” (HR. Muslim)
Di dalam hadits yang lain Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

كفى بالمرة إثما أن يحدث بكل ما سمع

“Cukuplah berdosa seseorang yang membicarakan setiap apa yang didengarnya” (HR. Abu Dawud dan Al Hakim dengan sanad yang shahih)
Hadits ijin menjelaskan kepada kita bahwa cukuplah seorang itu berdosa jika beribadah hanya berdasarkan apa yang didengarnya, padahal hadits yang dhaif adalah hadits yang menunjukkan dzan yang paling lemah, dugaan yang sangat lemah, itulah definisi para ulama. Mereka sepakat bahwa hadits dhaif adalah sangkaan yang sangat lemah.
Jika hadits yang dhaif seperti itu maka bagaimana mungkin dikatakan boleh mengamalkan syariat Islam berdasarkan hadits dhaif? Tentu saja hal itu tidak benar karena Allah subhanahu wata’ala telah mencela di dalam Al Quran dengan firmanNya:

إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ ۖ وَإِنَّ ٱلظَّنَّ لَا يُغْنِى مِنَ ٱلْحَقِّ شَيْـًٔا

“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran.” (QS. An Najm: 28)
Selain itu di dalam hadits juga disebutkan:

إياكم والظن فإن الظن أكذب الحديث

“Takutlah kamu semua kepada dzan, karena sesungguhnya dzan (sangkaan) adalah sedusta-dusta pembicaraan” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Ma’asyiral Muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, termasuk musibah yang terbesar yang menimpa kaum muslimin sejak zaman dahulu sampai sekarang adalah tersebarnya hadits-hadits dhaif dan maudhu’ di antara kaum muslimin. Musibah ini menimpa siapa saja tanpa terkecuali walaupun para ulama sendiri kecuali yang Allah kehendaki dari mereka, di antaranya para imam hadits seperti imam Al Bukhari, imam Muslim, imam Ahmad dan lainnya.
Hadits-hadits dhaif jika dijadikan dasar dalam pengamalan agama akan menimbulkan kerusakan-kerusakan yang besar dan luas baik dalam urusan akidah maupun urusan syariah.
Ma’asyiral Muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, tercatat dalam sejarah bahwa pernah ada salah seorang kafir zindiq yang mengakui bahwa ia sudah pernah mengarang 4.000 hadits dhaif dan maudhu’ kemudian disebarkan di kalangan umat Islam dan ditulis di berbagai kitab. Tercatat juga dalam sejarah bahwa ada tiga orang sekaligus yang mengaku bahwa mereka bertiga bersama-sama memalsukan hadits sebanyak lebih dari 10.000 hadits kemudian hadits-hadits itu tersebar di kalangan kaum muslimin dan tercatat dalam kitab-kitab kaum muslimin.
Belum lagi ketika itu banyak hadits-hadits yang dipalsukan, banyak hadits-hadits yang dibuat atas nama nabi yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak senang terhadap Islam dengan tujuan yang bermacam-macam, ada yang bermotif politik demi mendapatkan dukungan kemudian membuat hadits palsu dan dhaif, ada yang bermotif ashobiyah jinsiyah (fanatisme golongan) sehingga mereka membuat hadits-hadits palsu dan dhaif agar banyak orang yang fanatik mengikuti golongan mereka. Ada juga yang motifnya madzhab, mereka membuat hadits dhaif dan maudhu’ agar banyak orang yang mengikuti madzhabnya. Selain itu ada juga orang-orang yang membuat hadits dhaif dan maudhu’ bukan untuk tujuan-tujuan tadi, mereka adalah dari kalangan sufi dan tariqat, dengan tujuan agar tareqat dan kelompok sufinya itu didukung dan diikuti oleh orang-orang maka mereka mengarang hadits maudhu’ dan dhaif.
Betapa banyaknya hadits-hadits dhaif dan maudhu’ yang tersebar di kaum muslimin dan itu merupakan musibah yang besar. Dalam kitab Silsilah Al Ahadits Ad Dhaifah Wal Maudhu’ah yang ditulis oleh imam Nashiruddin Al Albani, dijelaskan dalam kitab tersebut ada 2.000 hadits yang dhaif dan maudhu’.
Pada jilid 1 memuat 200 hadits dhaif dan maudhu’ yang berkenaan dengan masalah Akidah, kemudian dalam jilid 2 memuat memuat 500 hadits dhaif dan maudhu’ yang berkenaan dengan masalah syariah, lalu pada jilid 3 ada 500 hadits dhaif dan maudhu’ yang membahas masalah-masalah ibadah, dan pada jilid 4 terdapat 500 hadits daif dan maudhu’ yang membahas tentang urusan politik dan tata negara.
Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, ini adalah perkara yang sangat berbahaya, sangat berbahaya sekali, sebab apabila hadits-hadits dhaif dan maudhu’ itu kita jadikan dasar padahal hadits-hadits itu bukan sumber Islam, bukan bersumber dari Al Quran, bukan pula dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tapi sumbernya adalah kata-kata orang yang jahat yang memalsukannya sebagai kata-kata Nabi.
Sungguh sangat dikhawatirkan bila hal ini menimpa kaum muslimin, dan bila kaum muslimin sudah masuk pada tanah itu maka akan mendapatkan ancaman dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah bersabda:

من كذب علي متعمدا فاليتبوأ مقعده من النار

“Barangsiapa yang sengaja mendustakan atas nama kami maka hendaknya ia bersiap-siap mengambil tempatnya di neraka”
Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, Imam Ibnu Hayyan sengaja menulis di dalam kitabnya suatu pasal yang membahas wajibnya masuk neraka orang yang menyandarkan sesuatu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam padahal dia belum tahu benar tidaknya sesuatu tersebut. Oleh karena itulah jama’ah jum’ah rahimakumullah, ini adalah musibah yang besar sejak dahulu sampai sekarang dan banyak kaum muslimin yang tidak sadar. Mereka menyangka seakan-akan hadits itu adalah perintah dari Rasulullah, padahal tanpa diteliti sah dan tidaknya hadits tersebut, dan karena ketidak telitian itu akhirnya menyebabkan manusia berpaling dari jalan yang benar, dari shiratal mustaqim.
Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, sebab yang kedua berpalingnya umat islam dari jalan yang benar adalah berpegang dengan filsafat-filsafat yang tidak bersumber dari Islam. Hal itu sudah disinggung oleh Allah subhanahu wata’ala dalam surah Al An’am ayat 153:

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًا فَٱتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.”
Di dalam Tafsir Al Qurtubi dijelaskan bahwa Ibnu Atiyah mengatakan: Yang dimaksud subul di sini adalah umum meliputi jalannya orang Yahudi, Nasrani, jalannya orang Majusi, atau pun jalannya semua agama yang bukan dari Islam. Semua pedoman-pedoman hidup selain Islam, baik itu nadzoriyat aqliyah, filsafat-filsafat, pedoman Ahlul Bid’ah, Ahlu Dzolal, Ahlul Ahwa’, penyelewengan-penyelewengan, dan cabang-cabang itu semua adalah jalan yang bisa memisahkan kita dari jalan Allah subhanahu wata’ala. Jalan-jalan itu adalah jalan-jalan setan dan jalan-jalan yang sesatsesat, karena filsafat bersumber dari teori akal manusia, sedangkan Islam bersumber dari wahyu yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan jelas datangnya dari Allah subhanahu wata’ala.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وقل رب اغفر وارحم وأنت خير الراحمين

KHUTBAH KEDUA

الحمد لله حمدا كثيرا كما أمر
أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين أما بعد
فيا أيها الحاضرون أوصيكم ونفسي أولا بتقوى الله فقد فاز المتقون

Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, pada kesempatan khutbah yang kedua ini kembali kami wasiatkan kepada diri kami pribadi khususnya dan jama’ah umumnya hendaknya kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala.
Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, sumber tersesatnya umat Islam yang ketiga adalah ketika umat Islam sibuk melakukan amalan tapi amalan itu amalan bid’ah. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

كل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار

“Semua bid’ah adalah tersesat dan setiap yang tersesat masuk ke dalam neraka”
Ada sebagian salaf yang mengatakan: “Semua ibadah yang tidak pernah dilakukan oleh sahabat dan Rasul maka jangan kamu kerjakan ibadah tersebut,” Oleh karena itu Ibnu Mas’ud juga pernah mengatakan; “Banyak orang yang niatnya baik ingin mengerjakan kebaikan tapi ia tidak sampai pada kebaikan” Kenapa? Karena jalannya salah, karena yang dikerjakan adalah bid’ah, sekalipun niatnya ingin mendapatkan surga tapi kalau jalannya tidak mengarah ke sana maka tidak akan sampai.
Oleh karena itu Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, niat yang baik ingin mendapatkan surga, ingin dekat kepada Allah, niat baik saja itu tidaklah cukup, harus dibarengi dengan amalan yang dasarnya shahih. Jika niatnya baik dan amalnya sesuai dengan petunjuk Rasulullah maka itulah yang benar dan insyaAllah akan diterima oleh Allah subhanahu wata’ala.
Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, kalau begitu berarti mengetahui perkara-perkara bid’ah adalah perkara yang penting, karena ibadah seseorang kepada Allah tidak akan sempurna kecuali jika menjauhi perkara-perkara bid’ah, dan orang tidak akan bisa menjauhi perkara-perkara bid’ah kecuali jika ia tahu mana perkara yang bid’ah dan yang bukan.
Sering terjadi seseorang melakukan perkara bid’ah tapi ia tidak tahu bahwa yang dilakukannya adalah bid’ah, maka mengetahui perkara-perkara bid’ah adalah perkara yang penting sebagaimana pentingnya mengetahui syirik dan macam-macam kemusyrikan. Sebagaimana yang kita lihat sekarang banyak orang yang ingin bertaqorrub kepada Allah tapi jalan yang dipakainya adalah perbuatan syirik.
Di antara contohnya adalah bernadzar untuk selain Allah, tawaf mengelilingi kuburan wali, dan semisalnya yang diketahui dengan jelas oleh ahli ilmu bahwa itu adalah perbuatan syirik. Maka tidak cukup jika hanya mengetahui sunnah tanpa mengenal bid’ah, sebagaiman iman tidak cukup hanya dengan mengetahui tauhid tapi juga harus tahu syirik agar tidak terjatuh dalam kesyirikan.
Hal ini sebagaimana yang ditunjukkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:

من قال لا إله إلا الله وكفر بما يعبد من دون الله حرم دامه وماله وحسابه على الله

“Barang siapa yang mengucapkan la ilaha illallah dan mengkufuri apa saja yang disembah selain Allah maka ia dijamin harta dan darahnya haram, dan hisabnya tergantung Allah subhanahu wata’ala”
Di dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan kepada kita bahwa tidak cukup hanya dengan tauhid, tapi harus disertai dengan kafir terhadap apa saja yang disembah selain Allah. Jadi selamat harta dan darahnya itu dengan syarat harus bertauhid dan kufur terhadap segala yang disembah selain Allah.
Maka wajib bagi kaum muslimin untuk mengetahui syirik dan bid’ah agar tidak terjatuh dalam melakukan keduanya. Maka Islam seseorang tidak akan benar kecuali jika ikhlas kepada Allah dan beribadah sesuai dengan tuntunan-Nya. Dengan ini jelas bahwa mengetahui perkara-perkara bid’ah dan syirik adalah penting agar ibadah kita bisa diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala, kita tahu bukanlah untuk mengerjakannya, tapi untuk waspada agar kita tidak mengerjakannya.
Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, demikianlah yang kami sampaikan dalam khutbah ini, semoga bermanfaat bagi diri saya sendiri khususnya dan para jama’ah pada umumnya. Akhirnya marilah kita tutup khutbah ini dengan berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala.

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين
ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب
ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف الرحيم
اللهم أعز الإسلام والمسلمين وأذل الشرك والمشركين
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
وسبحان الله رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين

Khatib: Ust. Sartono Munadi
Editor: Adib

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *