Wujudkan Tauhid Jauhi Syirik

6 minutes reading
Friday, 14 Jul 2023 00:52 0 903 admin

 

KHUTBAH PERTAMA

إِنَّ الحَمدَ للهِ نَحمَدُهُ وَنَستَعِينُهُ وَنَستَغفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِن شُرُورِ أَنفُسِنَا وَمِن سَيِّئَاتِ أَعمَالِنَا مَن يَهدِى اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَن يُضلِلهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ

أَشهَدُ أَن لَا إِلهَ إِلّا الله وَحدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبدُهُ وَرَسُولُهُ لَا نَبِيَّ وَلَا رَسُولَ بَعدَهُ

اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيتَ عَلَى اِبرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ اِبرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اللّهُمَّ بَارِك عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكتَ عَلَى اِبرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ اِبرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

رَبِّ ٱشْرَحْ لِى صَدْرِى  وَيَسِّرْ لِىٓ أَمْرِى  وَٱحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِى  يَفْقَهُوا۟ قَوْلِى

فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوصِيكُم وَنَفسِي بِتَقوَى اللهِ فَقَد فَازَ المُتَّقُون

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا  يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَٰلَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ

فَإِنَّ أَصدَقَ الحَدِيثِ كِتَابَ اللهِ وَخَيرَ الهَديِ هَديُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَشَرَّ الأُمُورِ مُحدَثَتُهَا وَكُلَّ مُحدَثَةٍ بِدعَةٌ وَكُلَّ بِدعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ

Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah, pertama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah subhanahu wata’ala atas limpahan nikmat yang tak terhingga yang diberikan kepada kita.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada rasul kita, nabi kita, penghulunya para nabi, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya yang tetap istiqomah menjalankan sunnahnya hingga hari kiamat.

Kami wasiatkan pula kepada para hadirin untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan takwa yang sebenar-benarnya dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.

Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah, ketahuilah bahwa perkara terbesar berkenaan dengan diutusnya para rasul dari yang pertama hingga terakhir adalah perintah untuk ibadah kepada Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya (Tauhid), serta memperingatkan dan melarang peribadatan kepada selain Allah (syirik dan tandid). Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ إِلَيْهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدُونِ

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (Al Anbiyaa’ 21:25)

Demikianlah Al Quran dalam berbagai pembicaraan dan kisah yang dikemukakannya selalu menjelaskan bahwa tauhid adalah persoalan pokok yang diserukan oleh semua rasul. Setelah itu, baru turun hukum-hukum dan syariat, turun penjelasan tentang halal dan haram. Karena itulah, Allah memerintahkan semua manusia untuk melakukan ibadah hanya kepada Allah, bahkan penciptaan manusia adalah hanya untuk beribadah kepada Allah saja, sebagaimana firman Allah;

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Adz Dzaariyaat 51:56)

Jama’ah jum’ah rahimakumullah: Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, Ibadah adalah mentaati Allah dengan menjalankan apa yang Dia perintahkan sesuai dengan tuntunan para rasul”. Beliau juga mengatakan, Ibadah adalah suatu nama yang menyeluruh untuk segala sesuatu yang dicintai dan diridlai oleh-Nya, baik berupa perkataan, amal dhahir maupun bathin”.

وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

Artinya: “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az Zumar 39:65)

Allah subhanahu wata’ala juga berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًۢا بَعِيدًا

(An Nisa 4:116)  : Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.

Jama’ah jum’ah rahimakumullah, syirik itu akan merusak nilai amal, menghapuskan pahalanya, menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam, mengekalkannya di dalam neraka jahanam, dan menjadikan syafaat dari orang lain tidak ada manfaatnya. Setiap orang yang menetapkan ada sekutu bagi Allah dalam hal uluhiyyah, rububiyyah, salah satu kekhususan bagi-Nya dan sifat-sifat-Nya maka ia adalah musyrik.

Untuk memahami konsep ini secara utuh, maka kita harus terlebih dahulu memahami pembagian tauhid, yaitu tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah, Tauhid Asma wa Shifat

Tauhid Rububiyah

Yaitu tauhid yang tetap diyakini oleh orang-orang kafir tetapi tidak menjadikan mereka sebagai muslim. Pengertian tauhid ini adalah menetapkan bahwa Allah adalah Pencipta, Yang memberi rizki, Yang menghidupkan dan Yang mematikan, dan Yang mengurus seluruh persoalan. Dan penetapan hal-hal ini untuk Allah tidak menyebabkan mereka menjadi muslim, karena mereka masih menyembah berhala atau kuburan orang-orang yang shalih dengan mengadakan penyembelihan di tempat tersebut, memita pertolongan kepada mereka dengan tujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى ٱللَّهِ زُلْفَىٰٓ

Artinya: “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. (Az Zumar 39:3)

Adapun tauhid yang mereka tolak adalah tauhid ibadah kepada Allah. Orang-orang musyrik pada saat ini tetap meyakini tauhid rububiyyah ini, sehingga mereka tetap berdoa kepada Allah di siang maupun malam hari, dengan penuh rasa takut dan harap. Tetapi kemudian mereka juga berdoa kepada malaikat untuk kebaikan mereka, untuk lebih mendekatkan diri mereka kepada Allah, dan agar malaikat memberikan syafaat bagi mereka. Mereka juga berdoa kepada orang-orang yang shaleh seperti para wali atau para nabi.

Tauhid Uluhiyyah

Tauhid ini adalah tauhid yang diserukan oleh para rasul yang mulia agar manusia menetapkan dan mentaati tauhid uluhiyah. Makna Tauhid Uluhiyah yaitu mengesakan Allah dalam peribadatan. Adapun macam-macam ibadah yang diperintahkan oleh Allah antara shalat, zakat, puasa, hajji, dan juga berdoa, sebagaimana firman Allah ta’ala :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.(Ghafir 40:60)

Allah subhanahu wata’ala juga berfirman:

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ () لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ [الأنعام 162 – 163].

Artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (al-An’am:162-163)

Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah, segala sesuatu yang diikuti, ditaati, dimintai keputusan hokum selain dari Allah baik ia dari golongan syetan, manusia yang masih hidup maupun yang sudah mati, binatang, benda-benda mati seperti batu, pohon atau planet (bintang), baik disembah dengan mengorbankan binatang, berdoa kepadanya, atau shalat kepadanya, maka ia menjadi thaghut yang disembah selain dari Allah. Adapun orang yang mentaati, mengikuti dan meminta putusan hukum kepada selain Allah, maka ia menjadi hamba thaghut.

Kufur terhadap thaghut adalah rukun pertama di antara rukun tauhid, berdasarkan kepada dua hal:

Pertama, berdasarkan pada nash-nash syara yang mendahulukan penyebutan kufur terhadap taghut daripada iman kepada Allah, sebagaimana di dalam firman Allah,

فَمَن يَكْفُرْ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَا ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya : “Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah 2:256)

Kedua, dan inilah yang lebih penting, bahwa iman dan amal shalih lainnya apabila tidak disertai dengan kekufuran terhadap thaghut menjadi tidak ada manfaatnya bagi pelakunya. Seorang yang beriman kepada Allah dan juga beriman kepada thaghut maka ia seperti orang yang membawa sesuatu dan lawannya dalam waktu yang sama, maka akibatnya pelaku itu tidak mendapatkan manfaat apa-apa dari imannya dan dari amal shalih yang dilakukannya sampai ia mengingkari thaghut, sebagaimana firman Allah:

وَلَوْ أَشْرَكُوا۟ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Artinya: “Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al An’aam 6:88)

Allah subhanahu wata’ala juga berfirman:

إِنَّهُۥ مَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ ٱلْجَنَّةَ

Artinya: “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga.” (Al Ma’idah 5:72)

Tauhid Asma wa Shifat

Yaitu beriman kepada asma Allah yang indah, dan sifat-Nya yang mulia, sebagaimana disebutkan di dalam Al Quran dan ditetapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tanpa tahrif, tathil, takyif dan tamtsil. Asma dan sifat itu harus ditetapkan sebagaimana dijelaskan tanpa bertanya bagaimana, dan disertai dengan keimanan terhadap makna agung yang ditunjukkannya. Itulah sifat-sifat Allah, yang harus disifatkan demikian secara layak, dan tidak boleh diserupakan dengan sifat-sifat makhluk-Nya. Allah berfirman

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ [الشورى : 11]،

Artinya: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (As Syura:11)

فَلَا تَضْرِبُوا لِلَّهِ الْأَمْثَالَ إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ [النحل : 74].

Artinya: “Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (An Nahl:74)

Ketika Rabi bin Abu Abdurrahman, gurunya Imam Malik, ditanya tentang bersemayamnya Allah, maka ia menjawab, Bersemayam itu sudah diketahui maknanya, bertanya bagaimana itu tidak masuk akal. Dari Allah lah turunnya risalah, dan tugas rasul adalah menyampaikan dengan sejelas-jelasnya, dan kewajiban kita adalah membenarkannya.

Dan ketika Imam Malik yang ditanya tentang hal tersebut, maka ia menjawab, “Bersemayam itu sudah diketahui maknanya, bertanya bagaimana justru tidak diketahui asalnya, mengimaninya wajib dan menanyakannya adalah bid’ah”

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُم فِي القُرآنِ العَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُم بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكرِ الحَكِيمِ وَاستَغفِرُوا اللهَ لِي وَلَكُم وَلِسَائِرِ المُسلِمِينَ مِن كُلِّ ذَنبٍ إِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمِ

 

KHUTBAH KEDUA

إِنَّ الحَمدَ للهِ نَحمَدُهُ وَنَستَعِينُهُ وَنَستَغفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِن شُرُورِ أَنفُسِنَا وَمِن سَيِّئَاتِ أَعمَالِنَا مَن يَهدِى اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَن يُضلِلهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ

أَشهَدُ أَن لَا إِلهَ إِلّا الله وَحدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبدُهُ وَرَسُولُهُ لَا نَبِيَّ وَلَا رَسُولَ بَعدَهُ

اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيتَ عَلَى اِبرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ اِبرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اللّهُمَّ بَارِك عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكتَ عَلَى اِبرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ اِبرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد

فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوصِيكُم وَنَفسِي بِتَقوَى اللهِ فَقَد فَازَ المُتَّقُون

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُو ن

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا

اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيتَ عَلَى اِبرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ اِبرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اللّهُمَّ بَارِك عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكتَ عَلَى اِبرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ اِبرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَشهَدُكَ  بِأَنَّكَ أَنتَ اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ الذِي لَم يَلِد وَلَم يُولَد وَلَم يَكٌن لَهُ كُفُوًا أَحَد

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسأَلُكَ صِرَاطَكَ المُستَقِيمَ  صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ

اللّهُمَّ زَوِّدنَا مِنَ التَّقوَى وَاغفِر لَنَا ذُنُوبَنَا يَا أَرحَمَ الرَّاحِمِينَ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ ۖ وَٱعْفُ عَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَآ ۚ أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّاب

اللَّهُمَّ إِنا نَعُوذُ بِكَ مِن أَنْ نُشرِكَ بِكَ شَيئًا نَعْلَمُهُ، وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا نَعْلَمُُ

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

سُبْحَٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ  وَسَلَٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِينَ  وَٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين

 

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *