Keutamaan Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan

6 minutes reading
Friday, 29 Mar 2024 00:25 0 1055 admin

KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الحمدَ للهِ، نَحْمَدُهُ، ونستعينُهُ، ونستغفِرُهُ، ونعوذُ بالله مِنْ شرورِ أنفسِنَا وسيئاتِ أعمالِنَا، مَنْ يهدِ الله فلا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ، وأشهدُ أنْ لا إلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شريكَ لَهُ، تَعْظِيمًا لِشَأْنِهِ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبدُهُ ورسُولُهُ، وَخَلِيلُه صَلَّى الله عليهِ وعَلَى آلِهِ وصَحْبِهِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كثيرًا.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

فإن أصدق الحديث كتاب الله وخير الْهَدْيِّ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله  عليهِ وَسَلَّمَ، وَأَنَّ شَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.

Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, marilah senantiasa kita panjatkan rasa syukur kita ke hadirat Allah subhanahu wata’ala, mensyukuri apa yang telah dikaruniakan kepada kita baik besar maupun kecil menurut kita.

Rasa syukur akan menyampaikan kita pada derajat hamba yang banyak bersyukur. Rasa syukur yang akan mengangkat kita pada derajat takwa karena orang yang bertakwalah yang senantiasa mensyukuri nikmat Allah subhanahu wata’ala.

Takwa adalah sebaik-baik bekal yang bisa disiapkan manusia untuk bertemu Rabnya. Maka kami wasiatkan kepada jama’ah semua untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wata’ala, bertakwalah karena sebaik-baik bekal adalah takwa. Sesungguhnya jasad kita tidak akan kuat menghadapi neraka.

Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, Rasulullah adalah sosok pribadi yang sangat bersungguh-sungguh dalam memaksimalkan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Beliau melakukan i’tikaf dan berburu malam Lailatul Qodar.

فَعَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ الله عَنْهَا- أَنَّ النَّبِيَّ -صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم-: “كَانَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ أَحْيَا اللَّيْلَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَشَدَّ مِئْزَرَهُ وجَدَّ” رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

Dari Aisyah radiyallahu ‘anha “bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jika memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan beliau menghidupkan malam-malamnya, membangunkan keluarganya, dan mengencangkan sarungnya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itulah sudah seharusnya bagi seorang muslim untuk bersungguh-sungguh semaksimal mungkin dalam beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, tidak menyia-nyiakan waktu yang tersisa ini baik malam maupun siang untuk hanya digunakan dalam hal yang tidak berguna.

Karena kita tidak tahu apakah kita masih akan diberikan kesempatan lagi untuk mendapatkan bulan Ramadhan, untuk mendapatkan sepuluh hati terakhir bulan Ramadhan, bisa karena ajal sudah tiba, sakit parah, atau yang lainnya yang membuat kita tidak bisa menggunakan kesempatan Ramadhan ini.

Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’at rahimakumullah, penyesalan itu datangnya di akhir, kalau kesempatan sudah lewat kita baru menyesal. Terlebih yang lewat atau berlalu itu adalah sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan yang di dalamnya terdapat malam lailatul qodar. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ   وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ   لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam Lailatul Qodar (malam kemuliaan.)” “Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?” “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (Al Qodr: 1-3)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ” رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ.

Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan (penuh) keimanan dan pengharapan (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Al Bukhari)

Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, saking mulianya malam lailatul qodar ini maka Allah mengkhususkannya dengan beberapa kekhususan. Di antaranya adalah:

  1. Allah menurunkan Al Quran secara utuh pada malam Lailatul Qodar

Pada malam Lailatul Qodar Allah menurunkan Al Quran secara utuh dari lauhul mahfudz ke baitul izzah di langit dunia lalu menurunkannya secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْر

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada Lailatul Qodar (malam kemuliaan).” (Al Qodr: 1)

  1. Malam Lailatul Qodar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Malam kemuliaan (Lailatul Qodar) itu lebih baik dari seribu bulan.” (Al Qadr 97:3)

  1. Malam Lailatul Qodar adalah malam yang diberkahi. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi” (Ad Dukhaan 44:3)

  1. Pada malam Lailatul Qodar banyak malaikat yang turun karena banyaknya berkah pada malam ini. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ

Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.” (Al Qadr 97:4)

  1. Allah mengampuni dosa yang telah dilakukan oleh siapa saja yang bangun untuk beribadah pada malam Lailatul Qodar dengan penuh keimanan dan pengharapan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ” مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan dan pengharapan maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni, barangsiapa yang bangun beribadah pada malam Lailatul Qodar dengan penuh keimanan dan pengharapan maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni” (Muttafaq ‘alaihi)

Adapun maksud dari “penuh keimanan dan pengharapan” Dalam hadits tersebut maknanya adalah meyakini dan mengharapkan pahala yang Allah janjikan dalam ibadah tersebut, tidak ada riya’, sum’ah dan semisalnya.

Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, sudah seharusnya kita bersungguh-sungguh dan berusaha sekuat tenaga kita dalam memaksimalkan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, baik malamnya maupun siangnya. Kita maksimalkan dengan banyak berdoa kepada Allah:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, menyukai ampunan maka ampunilah aku

Ini sebagaimana hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

قَالَتْ عَائِشَةَ -رَضِيَ الله عَنْهَا-: قُلْتُ: يَا رَسُولَ الله أَرَأَيْتَ إِنْ وَافَقْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ؛ مَا أَقُولُ؟ قَالَ: “قُولِي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي” رواهُ التِّرمذِيُّ بِسَنَدٍ صَحِيحٍ

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, apa yang aku lakukan jika aku bertemu malam Lailatul Qodar? Apa yang aku ucapkan dalam doaku?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ucapkanlah اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي “Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, menyukai ampunan maka ampunilah aku” (HR. At Tirmidzi)

Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, di antara tanda malam Lailatul Qodar adalah:

Pertama: Matahari terbit (pada pagi harinya) tanpa sinar (yang terik).

Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda::

أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لا شُعَاعَ لَهَا

Dengan tanda yang pernah Rasulullah kabarkan kepada kami, :”Yaitu (matahari) terbit (pada pagi harinya) tanpa sinar (yang terik).

Kedua: Malam yang mudah, indah, tidak (berudara) panas maupun dingin, matahari terbit (di pagi harinya) dengan cahaya kemerah-merahan.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata

أَنَّ رَسُوْلَ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ: لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلْقَةٌ لا حَارَّةَ وَلا بَارِدَةَ, تُصْبِحُ شَمْسُهَا صَبِيْحَتُهَا صَفِيْقَةً حَمْرَاءَ.

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang (tanda-tanda) Lailatul Qadr: “Malam yang mudah, indah, tidak (berudara) panas maupun dingin, matahari terbit (di pagi harinya) dengan cahaya kemerah-merahan (tidak terik)

Ketiga: Malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadr adalah, matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu.

Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu berkata:

 

أَنَّ رَسُوْلَ الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَيْلَةُ الْقَدْرِ فِيْ الْعَشْرِ الْبَوَاقِيْ, مَنْ قَامَهُنَّ ابْتِغَاءَ حِسْبَتِهِنَّ فَإِنَّ الله تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَغْفِرُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ, وَهِيَ لَيْلَةُ وِتْرٍ, تِسْعٌ أَوْ سَبْعٌ أَوْ خَامِسَةٌ أَوْ ثَالِثَةٌ أَوْ آخِرُ لَيْلَةٍ, وَقَالَ رَسُوْلُ الله: إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيْهَا قَمَراً سَاطِعاً سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ, لا بَرْدَ فِيْهَا وَلا حَرَّ, وَلا يَحِلُّ لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيْهَا حَتَّى تُصْبِحَ, وَإِنَّ أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيْحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً, لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ, وَلا يَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ.

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Lailatul Qadr (terjadi) pada sepuluh malam terakhir. Barangsiapa yang menghidupkan malam-malam itu karena berharap keutamaannya, maka sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang. Dan malam itu adalah pada malam ganjil, ke dua puluh sembilan, dua puluh tujuh, dua puluh lima, dua puluh tiga atau malam terakhir di bulan Ramadhan,” dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya tanda Lailatul Qadr adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadr adalah, matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu

بارك الله لي ولكم في القرآن الكريم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وقل رب اغفر وارحم وأنت خير الراحمين

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى عِظَمِ نِعَمِهِ وَاِمْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا الله، وَحْدَهُ لَا شريكَ لَهُ، تَعْظِيمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشَهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًَا عَبْدَهُ وَرَسُولُهُ، وَخَلِيلَهُ، صَلَّى الله عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا.

Ma’asyiral muslimin jama’ah jum’ah rahimakumullah, marilah kita bertakwa kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, peganglah kuat-kuat agama Islam karena jasad kita tidak akan mampu menghadapi neraka.

Marilah kita manfaatkan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dengan amalan-amalan yang disunnahkan, di antaranya adalah i’tikaf di masjid. Yaitu menetap di masjid dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan amalan-amalan ketaatan kepada Allah di dalamnya.

Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan:

أَنَّ النَّبِيَّ -صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم- “كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَاهُ الله تَعَالَى، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ” مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ber i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hingga Allah mewafatkannya, lalu istri-istri beliau pun ber i’tikaf setelahnya” (Muttafaq ‘alaih)

Demikianlah khutbah yang kami sampaikan, semoga memberi manfaat untuk kita semua dan membuat sisa-sisa hari Ramadhan kita semakin bermakna dan maksimal. Akhirnya marilah kita tutup khutbah ini dengan berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala

إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما

اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم

وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد

اللَّهُمَّ احْفَظْنَا بِحِفْظِكَ، وََانْصُرِ الْمُجَاهِدِينَ في كل مكان؛ وَانْشُرِ الرُّعْبَ فِي قُلُوبِ أَعْدَائِنَا

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَ مِنْهُ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا

اللَّهُمَّ إِنِّا نَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

اللَّهُمَّ امْدُدْ عَلَيْنَا سِتْرَكَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا النِّيَّةَ وَالذُرِّيَّةَ وَالْأَزْوَاجَ وَالْأَوْلَادَ

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مَهْدِيِّينَ

 رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْـمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِين

 

 

Adib R

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *